Selasa, 20 April 2010

PEMILIHAN BIBIT UNGGUL

Bibit unggul adalah bibit yang memiliki sifat unggul. Pada hewan sifat unggul bergantung pada tujuan bididaya.
Kambing

Upaya perbaikan mutu genetik untuk peningkatan produktifitas ternak kambing-domba (kado) dapat dilakukan melalui program seleksi dan perkawinan silang. Seleksi adalah pemilihan secara sistematis induk dan pejantan sebagai tetua untuk generasi selanjutnya.
Dalam falsafah jawa, calon pasangan hidup baik (suami/istri), haruslah memenuhi criteria bibit, bebet dan bobot. Dunia peternakan pun mengamalkan falsafah ini. Suksesnya usaha ternak, ditentukan oleh salah satunya kualitas bibit, yang juga berkaitan dengan bobot.Buah tak jauh dari pohonya. Bibit yang baik, diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang baik, bahkan lebih baik.
Pemilihan bibit, tentu disesuaikan dengan tujuan usaha. Apakah untuk daging, atau susu perah. Kambing kacang misalnya, untuk produksi daging. Sedangkan kambing Etawa utnuk produksi susu. Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Karena itu lebih baik memilih calon induk local.
Berikut sejumlah ciri bibit kambing-domba yang baik.
Calon induk
• Umur berkisar12 bulan lebih
• Tubuh besar tapi tidak terlalu gemuk dengan berat badan > 20 kg• Memiliki 2 gigi seri tetap
• Tingkat kesuburan reproduksi sedang
• Sifat keindukan baik
• Tubuh tidak cacat
• Anak kembar dua, atau anak tunggal tapi dari induk yang muda
• Jumlah puting dua buah
• Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus
• Jinak dan sorot matanya ramah
• Kaki lurus dan tumit tinggi
• Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisie), rahang atas dan bawah rata
• kAmbing simetris, tidak menggantung, dan berputing 2 buah

Calon Pejantan
• Mempunyai penampilan (fenotip) bagus dan besar• Umur lebih 1,5 tahun, gigi seri tetap
• Anak kembar dua
• Mempunyai libido besar, sehat dan tidak cacat
• Kaki lurus dan kuat• Dari keturunan kembar
• Umur antara 1,5 sampai 3 tahunSehat, tidak cacat, kai lurus, kuat, dan tumit tinggi, aktif dan libido tinggi, alat kelamin normal dan simetris dan berasal dari keturunan kembar.
Bibit persilangan
Persilangan adalah perkawinan antara anak yang memiliki kekerabatan kelompok asal ternak. Keuntungan utama persilangan persilangan adalah hybrid vigor atau heterosis, yaitu jika seekor induk dikawinkan dengan pejantan dari bangsa yang berbeda, turunannya akan lebih baik performanya untuk sifat-sifat tertentu daripada tetuanya. Keuntungna yang diperoleh dari hasil persilangan adalah:
• Heterosis yang memungkinkan diperolehnya rataan produksi yang lebih baik dari tetuanya seperti pada bobot lahir, produksi susu induk, laju pertumbuhan, bobot sapih dan bobot potong
• memperbaiki salah satu sifat yang kurang baik dari salah satu bangsa
• Meningkatkan daya hidup dengan diperolehnya daya adaptasi yang lebih baik dan tahan terhadap penyakit
• Menurunkan mortalitas, terutama pada periode pra-sapih dengan bobot lahir dan produksi susu yang lebih tinggi
• Meningkatkan daya reproduksi seperti dalam pencapaian dewasa kelamin dan dewasa tubuh yang lebih cepat
• Menghilangkan atau mengurangi sifat letal (mematikan).

Misalnya menurut Mason dan Buvanendran (1982) ada toga cara untuk memperbaiki produksi dan kualitas daging domba didaerah tropis:
1. Pada daerah tropis basah panas, seleksi domba local tipe rambut, atau menyilangkan dengan dengan domba tipe rambut tropis lainnya, terutama yang prolific untuk menghasilkan bangsa baru.
2. Pada daerah tropis kering, seleksi dari bangsa domba tipe wol kasar, atau menyilangkan dengan tipe wol kasar lainnya dari daerah yang mempunyai iklim serupa.
3. Pada daerah tropis basah atau sub tropis, grading domba local dengan bangsa pejantan persilangan (unggul x likal) atau dengan bangsa baru dari komposisi genetic tersebut.
Di Indonesia, khususnya Sumatera yang daerahnya termasuk beriklim tropis basah, dengan potensi domba lokalnya bertipe wol kasar, cara terbaik adalah persilangan dengan bangsa tipe rambut tropis lainnya.











Sapi perah
400 ekor sapi perah asal Australia masuk ke Indonesia melalui bandara Soekarno Hatta, bulan April lalu. Sapi perah ini di import oleh perusahaan peternakan dalam negeri untuk menanggulangi kekurangan suplai susu nasional.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi lahan yang luas untuk pengembangan peternakan sapi, baik sapi perah ataupiun sapi potong. Namun kekayaan lahan ini tidak diimbangi dengan kekayaan bibit sapi. Kondisi ini berdampak pada produksi nasional yang rendah sehingga negara ini harus menanggulangi kekurangan dengan melakukan import bibit ataupun hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

friesien holstein
Bibit sapi perah yang berhasil di import berjenis Friesien Holstein (FH). Sapi FH memang salah satu jenis sapi perah yang unggul dalam menghasilkan susu. Sapi FH terkenal dengan produksi susunya yang tinggi, bisa mencapai lebih dari 6350 kg/tahun dengan persentase kadar lemak susu 3-7%. Selain itu, FH merupakan jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia.
Perlunya bibit sapi perah unggul dibudidayakan karena sapi perah yang ada di Indonesia masih memiliki tingkat produksi susu yang rendah. Rata-rata produksi sapi perah di Indonesia masih kurang dari 10 liter/hari, padahal standar normalnya seekor sapi perah dapat menghasilkan susu sekitar 12 liter/hari. Hal ini menunjukkan bahwa sapi perah yang kita miliki masih jauh di bawah standar normal.
Import bibit sapi perah dianggap cara yang paling tepat untuk memperbaiki kualitas produksi yang ada saat ini. Namun, tidak sembarang import saja. Bibit sapi perah yang di import pun harus melalui tahapan seleksi yang panjang untuk dinyatakan sebagai bibit unggul. Sistem pilah-pilih bibit sapi perah pun dilakukan dengan ketat agar menghasilkan bibit unggul yang diinginkan.
Selain jenisnya, yang menjadi perhatian penting dalam pilah-pilih bibit sapi perah adalah pemilihan bibit dara (calon induk), pemilihan bibit sapi perah betina dewasa dan pemilihan bibit pejantan.
Pemilihan bibit dara dianggap penting karena akan menentukan hasil produksi susu di masa yang akan datang. Seekor sapi perah dara yang akan dijadian bibit unggul calon induk sebaiknya berasal dari induk dan pejantan yang menghasilkan produksi susu tinggi.
Selain itu, performa atau penampilan sapi perah dara harus baik, misalnya memiliki kepala dan leher yang sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, jarak antara kaki depan dan kaki belakang cukup lebar. Pertumbuhan ambing dan puting baik, jumlah puting tidak lebih dari 4 buah yang letaknya simetris. Calon induk unggul ini tentunya memiliki tubuh yang sehat dan tidak cacat.
Memilih sapi perah betina dewasa sebagai bibit, performanya tidak jauh berbeda dengan pemilihan bibit dara. Sebaiknya, bibit sapi perah betina dewasa ini sudah pernah beranak, umur sekitar 3,5-4,5 tahun, produksi susu tinggi dan berasal dari induk dan pejantan yang memiliki kemampuan produksi susu tinggi. Bentuk tubuhnya seperti baji, mata bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan dan kaki belakang cukup lebar dan kuat.
Bentuk ambing pun mendapatkan perhatian besar. Sebaiknya ambing yang dimiliki cukup besar, pertautan pada tubuh pun cukup baik. Ambing apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari empat dan simetris, namun tidak telalu pendek. Sebagai bibit unggul, sapi ini harus sehat dan tidak membawa penyakit menular.
Setelah menyeleksi sapi perah betina, pemilihan bibit pejantan juga mendapatkan porsi yang sama besar. Seekor pejantan juga menentukan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, seekor pejantan harus memenuhi kriteria sebagai pejantan unggul. Kriteria tersebut antara lain, umur sekitar 4-5 tahun dan memiliki kesuburan tinggi. Daya menurunkan sifat produksi susu yang tinggi wajib dinilikinya. Sama seperti betina, pejantan juga berasal dari induk dan pejantan yang memiliki performa atau produksi yang tinggi.
Penampilan seekor pejantan harus baik, besar badan yang dimilikinya harus sesuai dengan umur. Pejantan unggul juga mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik. Secara fisik, pejantan memiliki tubuh yang kuat, muka sedikit panjang, kepala lebar, leher besar, punggung kuat, pinggang lebar, pundak sedikit tajam dan lebar. Paha yang dimilikinya rata dan cukup terpisah, dada lebar dan jarak antar tulang rusuk cukup lebar. Badan panjang, dada dalam, lingkar perut dan lingkar dada besar. Pejantan tentu saja harus sehat dan bebas dari penyakit menular dan pastinya tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Sebaik apapun performa yang diperoleh dalam pemilihan, hasil produksi yang dihasilkan juga ditentukan oleh faktor lingkungan. Pemeliharaan bibit sapi perah menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya. Bibit sapi perah yang baru datang sebaiknya dikarantina agar mencegah penularan penyakit. Ketersediaan sarana dan prasarana yang baik menjadi perhatian penting dalam proses budidaya. Kebersihan kadang dan kesehatan ternak harus terus dijaga. Peternak pun harus selalu memberikan pakan yang cukup dan berkualitas, air minum bersih harus tersedia setiap saat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar